Pada
masa Rasulullah SAW. dan al-Khulafa al-Rasyidun, Masjid Nabawi tidak
memiliki menara, orang yang pertama kali membangunnya adalah Umar ibn Abd
al-Aziz saat renovasi Masjid Nabawi tahun 88 H/91 M.
Saat itu dibangun empat menara,
setiap sudut satu menara dengan tinggi 27,5-30 m dengan panjang dan lebarnya 4
x 4 m.
Menara dan Adzan
Menara sepanjang sejarah
digunakan sebagai tempat adzan, para fuqaha menganjurkan untuk mengumandangkan
adzan di tempat yang tinggi, supaya suaranya didengar orang banyak.
Urwah ibn Zubair meriwayatkan bahwa seorang wanita dari Bani al-Najjar, mengatakan “Dahulu rumahku paling tinggi di sekitar Masjid, dan adalah Bilal mengumandangkan adzan dari tempat itu, dia datang diwaktu malam sebelum subuh, duduk diatas rumah menunggu subuh, bila dia sudah melihatnya (waktu subuh), dia berdo’a ‘Ya Allah aku memuji-Mu, dan tunjukilah orang-orang Quraisy untuk menegakkan agamamu’, wanita itu berkata, ‘baru kemudian dia mengumandangkan adzan.
Urwah ibn Zubair meriwayatkan bahwa seorang wanita dari Bani al-Najjar, mengatakan “Dahulu rumahku paling tinggi di sekitar Masjid, dan adalah Bilal mengumandangkan adzan dari tempat itu, dia datang diwaktu malam sebelum subuh, duduk diatas rumah menunggu subuh, bila dia sudah melihatnya (waktu subuh), dia berdo’a ‘Ya Allah aku memuji-Mu, dan tunjukilah orang-orang Quraisy untuk menegakkan agamamu’, wanita itu berkata, ‘baru kemudian dia mengumandangkan adzan.
Abd Aziz ibn Imron berkata, “Di
rumah Abdullah ibn Umar dulu ada sebuah tiang yang terletak di kiblat Masjid,
digunakan sebagai tempat adzan, dan bentuknya adalah segiempat sampai sekarang,
saat itu dikenal dengan sebutan mathmar”.
Saat pembangunan menara masa Umar
ibn Abd al-Aziz, menara itu digunakan sebagai muadzin (yang artinya tempat
adzan). Saat itu menara-menara itu digunakan sebagai tempat pengeras suara.
Sedangkan muadzin melakukan adzan di tempat berpagar yang terletak di
depan mimbar.
0 komentar:
Posting Komentar