Babu Jibril as.
Terletak di bagian Timur, dulu
dikenal dengan Babun Nabi, karena beliau selalu masuk melalui pintu ini.
Pernah juga dikenal dengan Babu Utsman, karena posisinya
berhadapan dengan rumah Utsman ra. Adapun
alasan penyebutan pintu ini menjadi
Babu Jibril adalah sebuah riwayat dari ‘Aisyah ra, beliau
berkata, “Ketika Nabi SAW pulang dari
Khandaq, dan meletakkan senjata, kemudian mandi, Jibril mendatanginya seraya
berkata, ‘Engkau meletakkan senjatamu?, demi Allah kita belum (bisa) meletakkan
senjata, pergilah menuju mereka’, Nabi SAW berkata, ‘kemanakah?’, Jibril as
menjawab, ‘Ke sini’, dia menunjuk Bani Quraidzah. Maka Nabi SAW keluar menuju
mereka”.
Pada riwayat yang lain ‘Aisyah
r.a berkata, “Sepertinya saya melihat Jibril as dari sela-sela pintu, di
mukanya ada debu”. Riwayat yang lain mengatakan, Jibril as datang menunggang
kuda, wajahnya menyerupai Dihyah al-Kalby. (Dihyah ibn Khalifah ibn Amir ibn Farwah ibn Fadhalah ibn
Imri al-Qays al-Kalby, adalah seorang sahabat Nabi SAW yang paling tampan,
masuk Islam semenjak awal, Nabi SAW pernah mengutusnya kepada Kaisar Romawi,
meninggal di masa Mu’awiyah.) Lihat Tahdzib
al-Tahdzib, (3/206-207), al-Ma’arifli ibn Qutaibah, h. 329.
Bab al-Nisa
Pintu ini dibuka oleh Umar
ibn Khattab tahun 12 H/638 M, beliau mengatakan, “Alangkah baiknya kalau pintu unu dikhususkan untuk wanita”. Imam
Nafi’ meriwayatkan bahwa Ibn Umar tidak lagi pernah masuk lewat pintu
ini (setelah dikhususkan untuk wanita)
hingga meninggal.
Bab al-Nisa beberapa kali
mengalami renovasi, termasuk di zaman Abd al-Majid Khan, sehingga bagian
pintu yang berkayu masih membubuhkan nama sultan.
Sumber : Sejarah Masjid Nabawi, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani,
Penerbit Al-Rasheed Printer
0 komentar:
Posting Komentar