Perhatian terhadap kota Madinah diambil alih oleh raja-raja Mesir, setelah berakhirnya kekhalifahan Abbasiyah tahun 656 H. Para penguasa Mesir memberikan perhatiannya pada perkembangan Masjid. Diantaranya adalah Sultan Qayit Bay, sebagaimana diceritakan oleh al-Syakhawi, “Para khalifah dan raja-raja terus memberikan perhatiannya, memperbaharui atap, tiang penyangganya dan mimbar.
Diantara mereka yang digerakkan hatinya oleh Allah, adalah Qayit Bay, dia tidak bakhil mngeluarkan biaya baik sebelum atau sesudah kebakaran kedua”.
Kebakaran kedua yang menimpa masjid, juga terjadi di bulan Ramadhan, tepatnya disepertiga malam terakhir tanggal 13 Ramadhan tahun 886 H/1481 M. Saat itu Syamsu al-Dien ibn al-Khatib, ketua para muadzin sedang berada di menara masjid bersama muadzin yang lain, disaat mendung menggumpal dan tiba-tiba terdengar petir menyambar ujung menara utama, yang kemudian jatuh di bagian Timur Masjid, membawa api. Sementara kepala menara terbelah, ketua muadzin meninggal seketika.
Petir itu juga menipa atap masjid yang atas, yang berada dekat menara itu, api kemudian menjalar kea tap pertama. Pintu-pintu masjid dibuka, dan mereka meneriakkan bahwa telah terjadi kebakaran di Masjid.
Gubernur Madinah beserta seluruh penduduk berkumpul di Masjid, regu penolong naik membawa air untuk menghentikan gejolak api yang telah memakan bagian Utara dan barat, tetapi mereka kewalahan, malah dikejar oleh ganasnya api, mereka lari turun dengan menggunakan tali-tali yang digunakan untuk mengangkut air, api terus melahap hampir seluruh atap ruangan, hingga mushaf-mushaf, kecuali sebagian yang berhasil diselamatkan. Namun kubah ruang dalam yang luas juga tidak terbakar, saat itu masjid sudah seperti lautan api.
Sultan Qayit Bay kemudian merenovasi seluruh masjid. Proyek ini berhasil dirampungkan pada akhir Ramadhan tahun 888 H/1483 M, bahkan ditambah perluasan di sebelah Timur, dekat al-Maqshuroh (tempat berpagar batas). Untuk atapnya hanya dibuat satu lapis setinggi kira-kira sebelas meter.
Sumber : Sejarah Masjid Nabawi, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer
Blognya mantap nih lur ... wah setiap lihat foto masjidilharram ini jadi rindu untuk kembali ke sana
BalasHapusMasih belajar Kang
BalasHapusSama saya juga kangen terus
Semoga kita diberikanNya kesempatan kembali
amiiin
terimakasih Kang sudah mampir
salam untuk keluarga semua