Dalam bahasa Arab, “Jumrah” ialah batu kerikil kecil. Di Mina, jumrah yang dianjurkan dalam manasik haji ada tiga, yaitu al-jumrat al-sufhra (jumrah kecil/pertama), al- jumrat al-wustha (jumrah pertengahan/kedua), dan al-jumrat al-aqobah (jumrah aqobah).
Dalam rangkaian manasik haji, kita di wajibkan untuk melempar jumrah dalam rangka memenuhi perintah Allah sekaligus mengikuti tradisi atau sunnah nenek moyang kita, Nabi Ibrahim as. Allah berfirman (“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia”) Qs al-Mumtahanah/60:4 dan merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, “Contohlah dariku dalam manasik kalian.”
Selain itu, melempar jumrah juga menunjukkan secara simbolik perlawanan dan permusuhan kita kepada setan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman (“Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu, maka aggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”) Qs. Fathir/35:6.
Ketika kita melempar tiang-tiang dalam jumrah, sesungguhnya terkandung di dalamnya kemarahan dan penghinaan kita kepada setan.
Dalam riwayat yang disampaikan Ibnu Abbas ra. Diperintah untuk mengerjakan manasik, beliau ditemani oleh Jibril as. Menuju al-jumrah al-‘aqobah, kemudian setan menghalanginya, lalu Ibrahim melemparnya dengan tujuh kerikil kecil hingga pergi. Setan pun menghalanginya lagi ketika sampai di al-jumrah al-wustha, maka Ibrahim pun melemparnya lagi dengan tujuh kerikil.
Nabi pernah khutbah pada Hari Korban (yam al-nahr) diantara jumrah-jumrah, yaitu ketika Haji Perpisahan (hajjat al-wada) , “Wahai manusia, hari apakah ini ?” Mereka menjawab, “Hari suci” lalu Nabi bertanya lagi, “Negeri apakah ini ?” Mereka menjawab “Negeri (tanah) suci” Kemudian Tanya Nabi lagi “Bulan apakah ini ?” Mereka menjawab “Bulan suci”, lalu Nabi berkata “Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian adalah suci bagi kalian, sebagaimana sucinya hari, negeri dan bulan ini.”
Nabi mengulanginya beberapa kali, lalu beliau mengangkat kepalanya sambil berkata :
“Yaa Allah, bukankah aku telah menyampaikannya ? Allah, bukankah aku telah menyampaikannya ? Dan agar yang hadir di sini menyampaikannya kepada yang tidak hadir setelahku, dimana kalian saling bermusuhan satu sama lain.”
Sumber : Sejarah Mekah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer
Profil
Ngobrol sama Ustadz Kampung
Buku Tamu
Link Sahabat
Terkadang kita dihadapkan pada perasaan, kesel, jengkel, rasa ga suka, benci, dendam dan segaala yang membuat hati dan pikiran jadi capek, kita ingin lepas dari perasaan itu, tapi sulit rasanya. Bagaimana kita bisa menikmati hidup jika perasaan itu masih ada ? ...Read more...
Sahabat Setia
Belajar ng-Blog ?...disini
Jumrah (Sejarah Mekah)
Selasa, 25 Oktober 2011Diposting oleh Unknown di Selasa, Oktober 25, 2011
Label: Batu Kerikil, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Jumrah, Mina, Sejarah Mekah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ngobrol sama Ustadz Kampung
Cerita Keluarga Sahaja
Entri Populer
-
R aja Abdul Aziz dari keluarga Sa’ud pada tahun 1344 H/1925 M mengeluarkan surat keputusan yang memerintahkan untuk memperbaiki bagian-bagia...
-
Darul Arqam (Dar al-Arqam) “Dar al-Arqam” ialah nama rumah yang dinisbatkan kepada al-Arqam ibn Abi al-Arqam, yaitu sahabat Rasulullah Saw...
-
T erletak diantara Mina dan Arafah. Dinamakan dengan “Muzdalifah” karena manusia mendatanginya pada permulaan malam (atau tengah malam), at...
-
Pintu-pintu Masjidil Haram Ketika kaum Quraisyh masih menempati rumah-rumah di sekitar thawaf dekat Ka’bah, mereka sengaja membiarkan gang-g...
-
a. Lantai Dasar Bangunan ini tergolong ruangan utama yang digarap pada perluasan ini, luasnya 82.000 m persegi. Lantainya dihiasi dengan mar...
Alhamdulillah, banyak mendapat ilmu Agama di sini. Mudah2an barokah. Trim's.
BalasHapus@pundi uang :
BalasHapusAlhamdulillah.....
Amiiinnn..........
Terimakasih silaturahimnya
salam bahagia u/kel semua