Pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz, telah dibangun tangga-tangga elektronik untuk melayani jemaah yang ingin shalat dilantai atas dan lantai atap. Jumlahnya ada 7 buah, dengan luas 375 m², yaitu di Babu Ajyad dan Shafa, di Marwa, Babul Fath, di al-Syamiyyah, dan di samping bangunan perluasan kedua. Setiap tangga mengangkut rata-rata 1500 orang/jam.
Pusat Pendingin Udara.
Telah dibangun pusat atau sentral pendingin dan penyejuk udara untuk bagian bangunan perluasan kedua dan lantai dasar tempat sa’i yang berjarak sekitar 600 m dari Masjidil Haram, yaitu di Jl. Ajyad. Sentral tersebut terdiri dari gedung 6 tingkat yang dilengkapi dengan system pendingin udara modern. Udara dingin disalurkan lewat terowongan yang menghubungkan antara sentral dengan satuan-satuan pendingin udara pada bangunan perluasan dan disalurkan pula ke satuan-satuan pendingin udara yang terdapat pada tiang-tiang Nasjid.

Toilet dan tempat wudlu untuk lelaki dan perempuan dibangun secara terpisah, masing-masing terdiri dari dua lantai dibawah tanah, yaitu yang berada di halaman pasar kecil (depan Babul Malik Abdul Aziz), dan yang dekat dengan halaman Marwa yang luas keseluruhannya mencapai 14.000 m². Toilet dan tempat wudlu tersebut di desain mengikuti model terbaru, dan dilapisi dengan marmer, serta dilengkapi pula dengan tempat untuk ganti baju baik di tempat wudlu laki-laki maupun di tempat wudlu perempuan. Selain itu terdapat pula beberapa toilet dan tempat wudlu di arah Syamiyyah Masjid.
Masjidil Haram terletak di tengah lembah, oleh karena itu, aliran air akibat hujan dan lain sebagainya sangat membahayakan bangunan masjid. Maka Umar ibn al-Khattab dan para Khalifah sesudahnya sepanjang masa selalu berupaya untuk mengantisipasi bahaya banjir akibat aliran air yang akan menggenang di lembah.
Sehingga Raja Fahd ibn Abdul Aziz memerintahkan untuk melaksanakan proyek besar dalam hal ini guna mengalihkan aliran air sekaligus membuat tempat penampungan di terowongan bawah tanah.

Untuk menghindari macet lalu lintas akibat lalu-lalang para jemaah dan kendaraan bermotor disekitar Masjidil
Haram, maka dibangunlah terowongan bawah tanah untuk kendaraan, yang menggunakan halaman babul Malik Abdul Aziz untuk dihubungkan dengan halaman-halaman lain. Panjang terowongan yang tertutup (karena dibawah tanah) sepanjang 661 m, yaitu yang terbentang dari jembatan Syubaikah sebelah Barat sampai jembatan Abi Qubais di sebelah Timur.
Jalan dalam terowongan terbagi untuk dua arah, yaitu pertama, arah masuk dari Jeddah dan barat kota Mekah, dank e dua, arah masuk dari al-Masyair atau Timur kota Mekah.
Dilengkapi dengan 4 buah terminal pemberhentian guna memudahkan mengangkut dan menurunkan jemaah dari dank e halaman Masjid yang melewati tangga-tangga biasa maupun elektronik. Terowongan ini dilengkapi dengan system pencahayaan dan pengaturan udara dengan system pencahayaan dan pengaturan udara yang memadai, serta kamera pemantau.
Sumber : Sejarah Mekah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer
0 komentar:
Posting Komentar