a. Masjid di Masa Abu Bakar al-Shiddiq ra.
Sumber : Sejarah Masjid Nabawi, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer
Abu Bakar al-Shiddiq ra. Memegang tampuk kepemimpinan sepeninggal Rasulullah SAW, saat itu beberapa kabilah, murtad dari islam, keadaan ini membuat masa pemerintahannya disibukkan dengan berbagai peperangan.
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa di masa Abu Bakar al-Shiddiq ra. Tembok masjid mengalami kerusakan dan dia menggantinya dengan tonggak-tonggak pohon Korma.
b. Perluasan Masjid di masa Umar bin Khattab ra. (perluasan kedua tahun 17 H)
b. Perluasan Masjid di masa Umar bin Khattab ra. (perluasan kedua tahun 17 H)
Di masa Umar bin Khattab ra. Kaum muslimin bertambah banyak, mereka menyatakan, “Wahai Amirul Mikminin, tidaklah engkau ingin meluaskan area Masjid ?” beliau menjawab, “Seandainya aku tidak mendengar Rasulullah SAW berkata kepadaku,’Kita luaskan Masjid kita’ maka aku juga tidak akan meluaskannya”.
Umar ra. Mengadakan perluasanny area Masjid pada tahun 17 H (638 M), dengan pondasi dari batu setinggi badan. Abdullah bin Umar ra. Meriwayatkan, “Masjid Nabawi di masa Rasulullah SAW dibangun dengan batu bata dan pelepah korma”.
Sedangkan menurut Mujahid, “Tiangnya dari kayu korma, Abu Bakar ra. Tidak menambahkan sesuatupun, dimasa Umar ra. Dibangun sebagaimana di masa Rasulullah SAW, menggunakan batu bata, pelepah korma dan untuk tiang digunakan kayu lagi. (Hadits shahih)
Pada sisi kiblat ditambahkan sebuah serambi (ruwaq) antara mushalla nabawi (tempat nabi melakukan shalat) dan mushalla Utsmani, yaitu sekitar 10 depa (5 m).
Sisi Utara 30 depa(15m), sisi Barat sepanjang 2 tiang, atau sekitar 20 depa (10 m) , sedang bagian Timur tidak ditambah sedikitpun, sehingga panjang masjid dari Utara sampai Selatan menjadi 140 depa (70 m), lebarnya 120 depa (60 m), dan tinggi atapnya 11 depa (5,5 m).
Selain itu juga dibuka Babus Salam pada permulaan tembok Barat dari arah Selatan, Babun Nisa di bagian Timur, dan dilantainya disebar kerikil yang didatangkan dari al-Aqiq.
Untuk menjaga adab bicara di hadapan makam Rasulullah SAW. Umar bin Khattab ra. Membangun tempat yang luas di luar masjid yang di kenal dengan Buthaiha.
Al-Fairuz Abadi mengatakan, “Buthaiha adalah bentuk tasghir (sebuah istilah dalam tata bahasa Arab) dari kata Batha, sebuah tempat yang agak tinggi sekitar 50 cm, yang dibangun oleh Umar bin Khattab ra. Di luar Masjid Nabawi.
Lokasi persisnya sebagaimana di jelaskan oleh Ibn Syabah, yaitu dari arah Timur Masjid sampai bagian belakang, dahulu dekat rumah Khalid bin Walid ra., dan akhirnya masuk area Masjid pada perluasan pasca Umar ra.
Ibn Syabah juga menceritakan tujuan dibangunnya tempat ini, dari Salim bin Abdillah bahwa Umar bin Khattab ra. Mengambil sebuah tempat disamping Masjid, dikenal dengan nama Buthaita, ia berkata, “Bagi orang uang ingin bicara nggak jelas, mengangkat suara, atau melantunkan syair, keluarlah ke tempat itu.”
Sumber : Sejarah Masjid Nabawi, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer
0 komentar:
Posting Komentar