Imam Bukhari
meriwayatkan dari Anas ra, dia berkata, “Aku
lihat tokoh-tokoh tua di kalangan pada sahabat Nabi SAW cepat-cepat menuju
tiang-tiang Masjid saat maghrib tiba”.
Telah disebutkan dimuka, bahwa di masa Nabi SAW, bagian yang
beratap di sisi kiblat mempunyai 3 serambi dengan tiang-tiang dari batang
korma. Kemudian di masa al-Majidiyyah, tiang-tiang tersebut
diposisikan pada posisi aslinya, dan pada pembangunan berikutnya posisi ini
tetap dipertahankan.
Berdasarkan sumber yang kami peroleh, bahwa pada masa
al-Majidiyyah, arsitektur pembangunan, Shalih Affandi ingin menghilangkan
beberapa tiang untuk keperluan perluasan dan keindahan bangunan. Namun niatnya
ini mendapatkan tanggapan yang serius dari kalangan para ulama antara yang pro
dan kontra.
Dalamperbedaan ini, tetap dijunjung rujukan dan dalil-dalil
syar’i. Salah satu argumentasi yang berkembang dalam menanggapi Shalih Affandi adalah riwayat Anas ra di atas. Pendeknya masing-masing
pihak berargumentasi untuk mendukung pendapatnya sampai didengar oleh
Sultan.
Akhirnya Sultan memutuskan untuk
memakai kontruksi Masjid yang lama, sebab dia melihat tidak ada keperluan
mendesak untuk menghilangkan tiang-tiang itu, apalagi tiang-tiang yang dimaksud
mempunyai nilai historis dan dasar riwayat yang jelas, toh perluasan Masjid
masih bisa diusahakan dengan cara lain. Akhirnya tiang-tiang itu tetap berada
dalam posisi aslinya.
Sumber : Sejarah Masjid Nabawi, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani,
Penerbit Al-Rasheed Printer
0 komentar:
Posting Komentar