Namirah (atau Namrah) ialah nama gunung yang ada di sebelah Barat masjid. Oleh karenanya masjid tersebut dinamakan dengan masjid Namirah. Pada hari Arafah, Nabi membuat kemah di Namirah, dan setelah tergelincirnya matahari beliau pindah ke tengah lembah Urnah, berkhutbah dan shalat disana. Kemudian pindah lagi ke tempat wukuf semula di padang Arafah. Setelah terbenamnya matahari Nabi berangkat menuju Muzdalifah.
Pada masa awal dinasti Abbasiah pada pertengahan abad ke 2 Hijriyah, masjid Namirah dibangun di tempatkhutbah dan shalatnya Nabi Saw. di lembah Urnah. Perlu ditegaskan disini, bahwa lembah Urnah bukan merupakan bagian dari Arafah. Setelah perluasan masjid yang dilakukan terus menerus sepanjang sejarah, maka bagian depan masjid masih tetap bukan merupakan bagian dari tanah Arafah, sementara bagian belakangnya telah masuk ke tanah Arafah.
Disana ada rambu-rambu yang menunjukkan batas-batas tanah Arafah. Maka bagi para jemaah haji, dianjurkan agar berpindah tempat dan masuk ke dalam batas tanah suci Arafah, yaitu setelah menunaikan shalat Zhuhur dan Asar. Sehingga barang siapa yang masih berdiam di depan masjid dan baru bergerak ke Muzdalifah setelah terbenamnya matahari, maka hajinya tidak sah.
Perluasandan Pembangunan Masjid oleh Kerajaan Saudi
Perluasan dan renovasi kembali masjid Namirah tersebut dilaksanakan pada masa Pemerintahan Kerajaan Saudi yang menelan biaya seluruhnya mencapai 237 juta Riyal. Panjang masjid dari Timur smpai Barat kurang lebih 340 m, dengan lebar dari Utara ke Selatan mencapai 240 m. Sedangkan luasnya lebih dari 110.000 m2, yang terbagi diantaranya sekitar 28.000 m2 pada bagian belakang yang bertingkat dua dengan panjang 120 m. Sementara di belakang masjid terdapat halaman tertutup seluas kurang lebih 8000 m2.
Masjid Namirah dapat menampung sekitar 350 ribu jemaah, dengan 6 buah menara yang masing-masing berketinggian 60m, 3 buah kubah, dan 10 jalan masuk utama yang terdiri dari 64 buah pintu. Masjid ini juga dilengkapi dengan 663 pendingin udara (AC), ruang system informasi yang berfungsi merekam pelaksanaan ibadah haji dan memancarkannya melalui satelit ke seluruh penjuru dunia.
Selain itu, di sekitar Masjid juga disediakan lebih dari 1000 kamar mandi dan toilet, 15 ribu lebih kran pancuran untuk eudlu , serta dua drum besar penampung air dingin dengan kapasitas volume masing-masing sekitar 4500 m3.
Sumber : Buku Sejarah Mekah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer
Pada masa awal dinasti Abbasiah pada pertengahan abad ke 2 Hijriyah, masjid Namirah dibangun di tempatkhutbah dan shalatnya Nabi Saw. di lembah Urnah. Perlu ditegaskan disini, bahwa lembah Urnah bukan merupakan bagian dari Arafah. Setelah perluasan masjid yang dilakukan terus menerus sepanjang sejarah, maka bagian depan masjid masih tetap bukan merupakan bagian dari tanah Arafah, sementara bagian belakangnya telah masuk ke tanah Arafah.
Disana ada rambu-rambu yang menunjukkan batas-batas tanah Arafah. Maka bagi para jemaah haji, dianjurkan agar berpindah tempat dan masuk ke dalam batas tanah suci Arafah, yaitu setelah menunaikan shalat Zhuhur dan Asar. Sehingga barang siapa yang masih berdiam di depan masjid dan baru bergerak ke Muzdalifah setelah terbenamnya matahari, maka hajinya tidak sah.
Perluasandan Pembangunan Masjid oleh Kerajaan Saudi
Perluasan dan renovasi kembali masjid Namirah tersebut dilaksanakan pada masa Pemerintahan Kerajaan Saudi yang menelan biaya seluruhnya mencapai 237 juta Riyal. Panjang masjid dari Timur smpai Barat kurang lebih 340 m, dengan lebar dari Utara ke Selatan mencapai 240 m. Sedangkan luasnya lebih dari 110.000 m2, yang terbagi diantaranya sekitar 28.000 m2 pada bagian belakang yang bertingkat dua dengan panjang 120 m. Sementara di belakang masjid terdapat halaman tertutup seluas kurang lebih 8000 m2.
Masjid Namirah dapat menampung sekitar 350 ribu jemaah, dengan 6 buah menara yang masing-masing berketinggian 60m, 3 buah kubah, dan 10 jalan masuk utama yang terdiri dari 64 buah pintu. Masjid ini juga dilengkapi dengan 663 pendingin udara (AC), ruang system informasi yang berfungsi merekam pelaksanaan ibadah haji dan memancarkannya melalui satelit ke seluruh penjuru dunia.
Selain itu, di sekitar Masjid juga disediakan lebih dari 1000 kamar mandi dan toilet, 15 ribu lebih kran pancuran untuk eudlu , serta dua drum besar penampung air dingin dengan kapasitas volume masing-masing sekitar 4500 m3.
Sumber : Buku Sejarah Mekah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer
0 komentar:
Posting Komentar