Oleh : Agus Mustofa
Apakah tujuan terakhir dari perjalanan keagamaan kita ? Barangkali kita sudah memperoleh kesimpulannya, yaitu : bersatu dengan Allah. Akan tetapi bagaimanakah prakteknya dalam kehidupan sehari-hari ? Jangan sampai kita salah dalam merealisasikan dalam hidup ini. Sehingga terjadilah seperti yang terjadi pada murid-murid Syeh Siti Jenar, yaitu : mereka berbuat apa saja dengan mengatasnamakan Allah. Kata mereka : apa saja yang saya perbuat ini adalah perbuatan Allah juga, sebab Allah sudah bersatu dengan saya. Tentu runyam, kalau pemahamannya seperti itu.
Kita harus proporsional dalam mengimplementasikan ke-bersatu-an kita dengan Allah. Memang kita bersatu dengan Allah, tapi kita bukan Allah. Dan Allah bukan kita. Yang dimaksudkan bersatu dalam hal ini : kita telah menjadi ‘bagian’ dari Allah. Baik dalam berpikir, dalam bersikap, dalam bertutur kata, dalam berbuat, dan dalam seluruh aktifitas kehidupan kita. Kita telah melebur dengan segala sunnatullah, yang terhampar di alam semesta ini.
Lantas bagaimana cararanya aagar kita bias melebur dalam Diri-Nya? Tentu harus berguru kepadaNya dan terus melakukan interaksi denganNya. Bahkan selalu bertanya kepada Allah, setiap saat : “Ya Allah bagaimana caranya agar aku bisa melebur ke dalam DiriMu ?”
Barangkali, salah satu cara agar kita bias melebur ke dalam DiriNya adalah dengan menghambakan diri kita dan mencontoh atau meniru seluruh Sifat serta PerbuatanNya. Ini adalah langkah awal, maka berarti kita telah menghilangkan ego kita. Yang ada hanyalah ego Allah. Artinya, kita bersepakat memasrahkan hidup dan kehidupan kita kepadaNya saja. Kita taat sepenuh-penuhnyauntuk mengikuti segala kemauanNya.
Langkah berikutnya, marilah kita tiru sifat-sifat Allah. Kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Ambillah sifat Rahman dan Rahim Allah. Bagaimana Dia memperlakukan mahlukNya dengan segala kasih Sayang dan Sangat Pemurah. Dia tidak pernah membedakan siapapun dalam memberikan rejeki dan karunia. Yang dia lihat adalah usaha yang mereka lakukan. Siapa saja yang berusaha, naka akan mendapatkannya.bahkan ada begitu banyak, yang Ia berikan secara Cuma-Cuma. Mulai dari pasilitas hidup di muka bumi, sampai kepada berbagi perlindungan atas berbagai yang kita tidak mampu menolaknya.
Namun demikian, marilah contoh juga sifat Rabb-Nya. Segala kasih sayang dan kepemurahanNya itu bertujuan untuk mendidik dan memelihara alam semesta, agar dapat bererak dalam kesimbangan. Sesuatu yang berlebihan Dia kembalikan menuju kondisi seimbang, lewat sunnatullah. Semua itu agar alam semesta ini terjaga sampai waktu yang ditentukan.
Demikian seterusnya. Mari ita coba aplikasikan Sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna itu dalam kehidupan kita. Apa dampaknya bagi kita ? Insya Allah, eksistensi kita akan lenyap secara perlahan-lahan. Dan, yang muncul serta bersinar adalah eksistensi Allah. Nah, pada saat itulah, barangkali kita telah melebur kedalam DiriNya. Kita bersatu dengan Allah, sang Maha Agung dan Maha terpuji …..
Sumber : Pusaran Energi Ka’bah , Agus Mustopa, Penerbit PADMApress
Mas maaf nich ganggu...tolong mas url saya ganti dengan yang ini saja..
BalasHapushttp://ilmu-komputer23.blogspot.com
itu gx bisa di buka mas..di webmaster jadi eroor mas..tolong yah mas ganti secepatnya ..thnks sebelumnya..
@Belajar Ilmu Komputer :
BalasHapusyuuuppp siappp Mas
salam semangat selalu