Kebun Renungan

Kebun Renungan
Pola hidup dan pola pikir kita sekarang, akan sangat menentukan keadaan kita di masa datang. Harta, keangkuhan, keegoisan dan kesombongan, bila tak pandai mengelolanya hanya akan semakin merendahkan diri kita sendiri , Mari kita memanfaatkan waktu seefisien mungkin untuk kebaikan, jangan sampai kita menyadarinya di batas kemampuan. Sebuah renungan dari seorang sahaba. (Baca)

Sejarah Mekah

Sejarah Mekah
Ka'bah, Masjidil Haram, Mekkah Al-Mukarromah

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Ngobrol sama Ustadz Kampung
SHALAT KHUSYU, adalah suatu keadan yang setiap kita mendambakannya. Bisakah kita shalat khusyu? Ataukah hanya milik para Nabi atau 'alim ulama saja? Bagaimana caranya? Mungkin catatan ini bisa dijadikan bahan renungan. (Baca)

Buku Tamu

Belajar Menikmati Hidup

Terkadang kita dihadapkan pada perasaan, kesel, jengkel, rasa ga suka, benci, dendam dan segaala yang membuat hati dan pikiran jadi capek, kita ingin lepas dari perasaan itu, tapi sulit rasanya. Bagaimana kita bisa menikmati hidup jika perasaan itu masih ada ? ...Read more...

Sahabat Setia

Selamat datang di Rumah Sahaja, terimakasih atas kunjungan silaturahimnya

Menghidupkan Hati Nurani

Kamis, 18 Juni 2009

Oleh : KH.Abdullah Gymnastiar

Manusia memiliki kesempatan untuk ma’rifatullah (kesanggupan mengenal Allah). Kesempatan ini Allah karuniakan kepada manusia karena mereka memiliki akal dan hati nurani. Inilah karunia Allah yang sangat besar bagi manusia. Orang-orang yang hatinya hidup akan bisa mengenal dirinya, dan pada akhirnya akan berhasil pula mengenal Tuhannya. Tidak ada kekayaan termahal dalam hidup ini kecuali keberhasilan mengenal diri dan Tuhannya. Siapapun yang tidak bersungguh-sungguh menghidupkan hati nuraninya, dia akan jahil, baik dalam mengenal diri, terlebih lagi dalam mengenal Tuhannya.

Orang-orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah mampu mengenal dirinya dengan baik, tidak akan pernah tahu harus bagaimana menyikapi hidup ini, apalagi merasakan indahnya hidup. Karana itu, hamper dapat dipastikan bahwa yang dikenalnya hanyalah dunia belaka. Akibatnya, semua kalkulasi perbuatan yang ia lakukan tidak bias tidak hanya akan diukur oleh aksesories belaka.

Dia menghargai orang semata-mata karena orang tersebut berpangkat, kaya raya, dan terkenal. Demikian pula dirinya sendiri merasa berharga dimata orang itu, karena ia merasa memiliki kelebihan duniawi dibandingkan dengan orang lain. Ada pun dalam hal mencari harta, gelar, pangkat, dan jabatan, dia tidak akan mempedulikan dari mana datangnya dan kemana perginya. Sebagian orang ternyata tidak mempunyai cukup waktu dan ketangguhan untuk bias mengenal hati nuraninya sendiri. Akibatnya menjadi tidak sabar menghadapi kehidupan duniawi yang serba singkat ini. Karena itu hendaknya kita menyadari bahwa hati inilah pusat segala kesejukan dan keindahan dalam hidup.

Lihatlah seorang ibu berjuang membesarkan anaknya, mulai dari saat mengandung yang melelahkan, kemudian melahirkan antara hidup dan mati, setelah melahirkan ia harus menjaga siang dan malam. Ketika tiba saatnya si buah hati berjalan, ibupun dengan seksama membimbing dan menjaganya. Prose situ berjalan terus hingga dewasa. Pendek kata, ketika kecil menjadi beban sudah besarpun tak kurang pula menyusahkan. Begitu panjangnya rentang waktu yang harus dijalani orang tua dalam menanggung beban.

Mengapa orang tua bisa bertahan dan berkorban terus menerus demi anaknya…? Jawabnya karena mereka mempunyai hati nurani yang dari dalamnya terpancar kasih dan sayang yang tulus dan suci. Walau tidak ada imbalan langsung dari sang anak, namun hati nurani yang penuh kasih sayang inilah yang membuatnya tahan terhadap segala kesulitan dan penderitaan. Bahkan, sesuatu yang menyengsarakan pun terasa tidak menjadi beban.Oleh karena itu beruntunglah orang yang ditakdirkan memiliki kekayaan berupa harta kekayaan yang banyak. Akan tetapi hal terpenting yang harus selalu kita jaga dan kita rawat adalah kekayaan batin berupa hati nurani. Hati nurani yang penuh dengan cahaya kebenaran akan membuat pemiliknya merasakan indah lezatnya hidup ini, karena selalu akan merasakan kedekatan dengan Allah SWT. Sebaliknya, waspadalah bila cahaya nurani mulai redup. Hal ini akan membuat pemiliknya selalu merasakan kesengsaraan lahir batin karena senantiasa merasa terjauhkan dari rahmat danpertolongan-Nya.

Tuhan kita menciptakan dunia beserta segala isinya dari unsur tanah, dan itu berarti senyawa dengan tubuh kita sama-sama terbuat dari tanah.Karenanya untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita tidaklah cukup dengan berdzikir, tetapi harus dipenuhi dengan aneka perangkat dan makanan yang sumbernya dari tanah pula.

Bila perut terasa lapar, maka kita santap beraneka makanan yang sumbernya ternyata dari tanah. Bila tubuh kedinginan, kitapun mengenakan yang bila di telusuri ternyata unsure-unsurnya bersumber dari tanah.. Demikian juga bila suatu ketika kita sakit, maka carilah obat-obatan yang juga diolah dari komponen yang berasal dari tanah pula. Pendek kata, untuk segala macam keperluan tubuh, kita mencarikan jawabannya dari tanah.
Akan tetapi, Kalbu ini ternyata tidak satu senyawa dengan unsur-unsur tanah, sehingga ia akan terpuaskan laparnya, dahaganya, sakitnya serta kebersihannya semata-mata dengan mengingat Allah. “Alla bi dzikrillahi tathmainnul quluub”(Ingatlah , hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram …" Qs.Ar.Ra’du :28

Kita banyak memiliki kebutuhan untuk fisik kita, tapi kitapun memiliki kebutuhan untuk qalbu kita. Oleh karena itu, marilah kita mengarungi dunia ini sambil memenuhi kebutuhan fisik dengan unsure dunia, tapi hati nurani dan unsur kejiwaan kita harus tetap tertambat kepada Pemilik dunia dan segala isinya. Dengan kata lain tubuh kita sibuk dengan urusan dunia, tapi hati kita harus sibuk dengan Allah. Inilah tugas kita sebenarnya.

Sekali saja kita salah dalam mengelola tubuh dan hati sama-sama sibuk dengan urusan duniawi, kita akan dibuat stres dan ketidaktentraman yang berkepanjangan. Hari-hari akan selalu diliputi kecemasan. Kita takut ada yang menghalangi, takut tidak kebagian, takut terjegal, dan sebaginya. Ini semua diakibatkan sibuknya seluruh jasmani dan nurani kita dengan urusan duniawi semata.

Hal ini sangat berpotensi meredupkan hati nurani kita. Bahkan, lebih jauh memungkinkan hati kita menjadi mati. Naudzubillah. Kita perlu meningkatkan kewaspadaan agar jangan sampai mengalami musibah semacam ini. Tapi, bagaimana caranya agar kita mampu senantiasa membuat hati nurani tetap hidup dan bercahaya.?

Secara umum solusinya adalah seperti yang telah disebutkan diatas. Kita harus berjuang semaksimal mungkin agar hati ini jangan sampai terlalaikan dari mengingat Allah. Mulailah dengan mengenali apa yang ada pada diri kita. Mudah-mudahan ikhtiar ini menjadi jalan bagi kita untuk dapat lebih mengenal Allah, Dzat yang telah menciptakan dan mengurus diri dan alam semesta ini. Dia adalah Dzat pembolak-balik hati, yang tidak akan sulit membalian hati yang redup dan kusam menjadi hati yang terang dan hidup dengan cahaya-Nya. Wallahu a’lam bish-shawab.

Sumber : Mimbar Jum’at, Dewan Mubaligh Indonesia, edisi 358/Th.2009

0 komentar:

Posting Komentar


TEH PANAS ternyata dapat memicu 'Kanker Kerongkongan'. Apakah anda salah satu penikmat teh panas? Catatan ini perlu untuk di simak. (Baca)

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Cerita Keluarga Sahaja

Entri Populer