Tiang ini adalah urutan ke 4 dari mimbar, 2 dari makam
dan 3 dari kiblat. Dinamakan demikian karena Abu Lubabah bertekad mengikat
dirinya pada tiang itu sampai meninggal atau sampai turun wahyu ampunan dari Allah SWT. Kemudian juga dikenal sebagai tiang Taubat setelah Allah
menurunkan ayat diterimanya taubat Lubabah ra. yaitu saat dirinya masih terikat
di tiang tersebut, kaitannya dengan kesalahan yang dia perbuat dalam masalah
Bani Quraidah.
Keutamaan lainnya adalah letaknya
yang berhadapan dengan makam Nabi SAW dan bagian kepala beliau SAW.
Adapun kisah tentang Abu Lubabah
ini, diriwayatkan oleh Aisyah r.a. , beliau berkata “Rasulullah SAW datang ke
Bani Quraidah, dan memblokade mereka selama 25 hari. Ketika blockade ini semakin
kuat dan mereka mulai merasa kesulitan, diberitahukan kepada mereka, “Menyerahlah
dengan keputusan hukum Rasulullah SAW ” Bani Quraidah kemudian meminta
musyawarah melalui Abu Lubabah ibn Abd al-Mundzir. Abu Lubabah memberikan
isyarat (jika hukum Rasulullah SAW yang mereka pilih), mereka pasti dihukum
mati, kemudian mereka minta diadili oleh Sa’ad ibn Mu’adz.
Allah SWT. berfirman dalam surat
al-Anfal ayat 27
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”
Dalam tafsir Ibnu Katsir
disebutkan bahwa ayat ini turun pada Abu Lubabah, ketika dia sadar langsung bahwa
dirinya menghianati Allah SWT. dan Rasul-Nya SAW, dia bersumpah tidak akan
melakukan apa-apa sampai menemui ajal atau Allah SWT memberikan taubat, dia
pergi ke Masjid dan mengikat dirinya pada sebuah tiang selama 9 hari sampai
jatuh pingsan.
Kemudian Allah SWT turunkan
taubatnya kepada Rasulullah SAW, orangpun mengabarkan kepada Abu Lubabah
perihal itu, dan juga ingin melepaskan ikatannya. Namun dia bersumpah bahwa
talinya tidak akan dilepas kecuali oleh Rasulullah SAW, dan akhirnya beliau SAW
yang melepaskan ikatan itu.
catatan :
Abu Lubabah ibn Abd
al-Mundzir al-Anshari terkenal dengan Lubabah, nama dari anaknya, namanya
adalah Basyir ibn Abd al-Mundzir, ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Rifa’ah
ibn al-Mundzir, ikut perang Madinah dan Rasulullah pernah memberikan
kepercayaan kepadanya untuk mengurus Madinah, saat pembukaan kota Makkah, dia
membawa bendera Bani Amr ibn Auf, termasuk salah seorang utusan pada Bai’at
Aqobah, meninggal pada masa Ali, ada juga yang menyebut, setelah tahun 50 H.
Wahyu pengampunan dari Allah SWT untuk Abu Lubabah yaitu dengan turunnya surat
At-Taubah ayat 102
وَآخَرُونَاعْتَرَفُواْبِذُنُوبِهِمْخَلَطُواْعَمَلاًصَالِحًا
وَآخَرَسَيِّئًاعَسَىاللّهُ أَنيَتُوبَعَلَيْهِمْ إِنَّاللّهَغَفُورٌرَّحِيمٌ
Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa
mereka, mereka mencampur baurkan pekerjaan
yang baik dengan
pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka.
Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 9:102)
Sumber : Sejarah Masjid
Nabawi, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer
0 komentar:
Posting Komentar