Dahulu, Nabi SAW berkhutbah
sambil berdiri, bersandar pada batang korma yang berada di Masjid, ketika
beliau mulai merasa berat berdiri, baru dibuatkan mimbar, dan diletakkan di
sisi Barat (kanan) dari tempat
shalatnya.
Meskipun banyak kejadian yang
berhubungan dengan mimbar ini seperti kebakaran Masjid, tetapi posisinya masih
tetap di tempat aslinya.
Imam Bukhori meriwayatkan, dari
Jabir ra., adalah Nabi SAW pada hari jum’at berdiri (khutbah) pada sebuah pohon
atau sebatang pohon korma, kemudian ada seseorang entah wanita atau lelaki dari
Anshar mengatakan “Wahai Rasulullah, bolehkah kami buatkan untukmu mimbar?”,
beliau menjawab, “Kalau kalian mau” maka kemudian dibuatlah mimbar untuknya,
ketika Jum’at tiba beliau naik mimbar, tiba-tiba pohon korma itu menjerit
seperti jeritan anak kecil, maka Rasulullah SAW turun dan memeluknya.
Keutamaan Mimbar
Dari Abu Hurairah ra. berkata,
Rasulullah SAW. bersabda, “Antara rumah dan mimbarku adalah raudhah (taman)
dari taman-taman surga, dan mimbarku
berada di telagaku”
Ibn al-Najjar menjelaskan, “Maksud
hadits itu, bahwa bentuk fisik mimbar itu akan dikembalikan seperti aslinya dan
diletakkan di telaganya sebagaimana kembalinya manusia, dan ini adalah pendapat
mayoritas ulama.”
Ibn Hajjar mengatakan “Pendapat
itulah yang lebih jelas.”
Sementara itu Khattabi
berpendapat bahwa beramal sholeh di tempat itu, akan diganjar dengan minum dari
telaga (Rasulullah SAW).”
Ada riwayat yang justru
menguatkan pendapat pertama, haditsnya diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sahl
ibn Sa’ad, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Mimbarku adalah pintu (tir’ah)
dari pintu-pintu surga.”
Sahl ibn Sa’ad menjelaskan bahwa
kata tir’ah, artinya pintu, tetapi ada juga yang berpandangan bahwa kata itu
artinya adalah sebuah taman yang berada di tempat yang tinggi, atau artinya
adalah sebuah tingkat.
0 komentar:
Posting Komentar