Jumum asal mulanya merupakan bendungan lembah, perairan kabilah bani Sulaim bernama “wadi marro dzohron” letaknya sekitar 25 km di sebelah utara Mekah melalui jalur Madinah Munawwaroh (sekarang Tariqul Hijroh), dan sekitar 18 km dari Masjid Tan’im.
Menurut riwayat, awal berdirinya masjid ini bermula ketika Nabi Muhammad SAW mengirim sepasukan kaum muslimin dengan dipimpin oleh sahabat Zaid bin Haritsah untuk menaklukan kabilah bani Sulaim pada bulan Robi’il Akhir tahun ke 6 Hijriyah, didalam perjalanan mereka bertemu dengan seorang wanita yang menunjukkan tempat perkampungan kabilah bani sulaim, kemudian mereka berhasil menaklukan dan mendapatkan harta rampasan perang serta tawanan.
Pada tahun ke 8 Hijriyah Nabi Muhammad SAW singgah di tempat itu, dan sempat bermalam satu malam sebelum melakukan penaklukan kota Mekah bersama sepuluh ribu pasukan dari sahabat ra bergabung bersama mereka sekelompok orang laki-laki dari kabilah bani Sulaim, dan disinilah Abu Sofyan bin Harb masuk Islam, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Hisyam dari bapaknya ia menceritakan, bahwa berita tentang keberangkatan Rasulullah SAW untuk menaklukan kota Mekah telah tercium oleh orang-orang Quraisy, Abu Sofyan bin Harb, Hakim bin Hizam dan Badil bin Waroqo senantiasa memantau perkembangan berita tentang Rasulullah sehingga mereka keluar Mekah dan sampai di Marro Dzohron, namun kedatangan mereka terlebih dahulu terlihat oleh sekelompok pengawal Rasulullah SAW dan dikejar hingga tertangkap, setelah mereka dihadapkan kepada Rasulullah SAW masuk Islamlah Abu Sofyan.
Di tempat Rasulullah SAW singgah dan melaksanakan sholat itulah dibangun sebuah masjid yang dinamakan Al-Fath, sepanjang sejarah kaum muslimin senantiasa memperhatikan dan merawat masjid ini, sehingga pada tahun 1397 H dilakukan rehabilitasi ulang terhadap masjid ini atas biaya Syeikh Hasan Bakar Muhammad Qutub seperti yang terpampang di atas plang kokoh pintu masuk ke masjid, panjang masjid dari arah qiblat berukuran 20 meter, lebar 15 meter, maka luas masjid 300 m2, terdiri dari halaman terbuka dengan lebar 5 meter dan serambi beratap dengan lebar 10 meter, di sebelah bagian kiri berdiri sebuah menara menjulang tinggi, kamar bagi para ta’mir masjid, dan sebuah bak penampung air berwarna kuning yang dialirkan ke semua penduduk jumum.
Bagi yang melintasi jalan Hijroh akan dapat dengan mudah melihat menara masjid berwarna putih dan di sebelahnya bak penampung air berwarna kuning.
Sumber : Sejarah Mekah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer
Menurut riwayat, awal berdirinya masjid ini bermula ketika Nabi Muhammad SAW mengirim sepasukan kaum muslimin dengan dipimpin oleh sahabat Zaid bin Haritsah untuk menaklukan kabilah bani Sulaim pada bulan Robi’il Akhir tahun ke 6 Hijriyah, didalam perjalanan mereka bertemu dengan seorang wanita yang menunjukkan tempat perkampungan kabilah bani sulaim, kemudian mereka berhasil menaklukan dan mendapatkan harta rampasan perang serta tawanan.
Pada tahun ke 8 Hijriyah Nabi Muhammad SAW singgah di tempat itu, dan sempat bermalam satu malam sebelum melakukan penaklukan kota Mekah bersama sepuluh ribu pasukan dari sahabat ra bergabung bersama mereka sekelompok orang laki-laki dari kabilah bani Sulaim, dan disinilah Abu Sofyan bin Harb masuk Islam, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Hisyam dari bapaknya ia menceritakan, bahwa berita tentang keberangkatan Rasulullah SAW untuk menaklukan kota Mekah telah tercium oleh orang-orang Quraisy, Abu Sofyan bin Harb, Hakim bin Hizam dan Badil bin Waroqo senantiasa memantau perkembangan berita tentang Rasulullah sehingga mereka keluar Mekah dan sampai di Marro Dzohron, namun kedatangan mereka terlebih dahulu terlihat oleh sekelompok pengawal Rasulullah SAW dan dikejar hingga tertangkap, setelah mereka dihadapkan kepada Rasulullah SAW masuk Islamlah Abu Sofyan.
Di tempat Rasulullah SAW singgah dan melaksanakan sholat itulah dibangun sebuah masjid yang dinamakan Al-Fath, sepanjang sejarah kaum muslimin senantiasa memperhatikan dan merawat masjid ini, sehingga pada tahun 1397 H dilakukan rehabilitasi ulang terhadap masjid ini atas biaya Syeikh Hasan Bakar Muhammad Qutub seperti yang terpampang di atas plang kokoh pintu masuk ke masjid, panjang masjid dari arah qiblat berukuran 20 meter, lebar 15 meter, maka luas masjid 300 m2, terdiri dari halaman terbuka dengan lebar 5 meter dan serambi beratap dengan lebar 10 meter, di sebelah bagian kiri berdiri sebuah menara menjulang tinggi, kamar bagi para ta’mir masjid, dan sebuah bak penampung air berwarna kuning yang dialirkan ke semua penduduk jumum.
Bagi yang melintasi jalan Hijroh akan dapat dengan mudah melihat menara masjid berwarna putih dan di sebelahnya bak penampung air berwarna kuning.
Sumber : Sejarah Mekah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer
0 komentar:
Posting Komentar