Sedangkan dalam riwayat Jabir ra, tentang sifat Haji Nabi Saw disebutkan bahwasanya beliau keluar dari pintu menuju Shafa, dan ketika mendekati Sahafa beliau membaca (“Sesunggunya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah.”) Qs. Al-Baqarah/2:158., Abda’ bima bada’a Allahu bihi (Aku akan memulai seperti yang dimulai oleh Allah).
Maka beliaupun memulainya dari Shafa dan naik ke atas bukit tersebut sehingga melihat Ka’bah. Kemudian menghadap Kiblat, meng-Esakan Allah, bertakbir, dan membaca, “Laa ilaaha illallah wahdahu la syarikalah, lahu al-mulk wa lahu al-Hamdu wahuwa ‘ala kulli syai’in Qadir. La ilaha illallah wahdah, anjaza wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa hazama al-ahzab wahdah”, lalu diselingi dengan do’a. Nabi mengucapkan lafadz di atas sebanyak tiga kali. Kemudian beliau turun menuju Marwa, dan ketika kakinya menginjakkan lembah, beliau berlari-lari kecil hingga permulaan naik ke bukit Marwa. Di Marwa tersebut beliau mengerjakan sebagaimana yang dilakukannya di Shafa.
Sebab turunnya ayat (“Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah”) ialah bahwa menurut orang-orang Ahlu al-Kitab, Isaf dan Na’ilah telah berzina di Ka’bah sehingga menodai kedua batu disana (Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim). Maka diletakkanlah patung Isaf di bukit Shafa dan Na’liah di bukit Marwa agar manusia dapat mengambil pelajaran darinya. Namun. Setelah lama kelamaan. Ternyata keduanya malah dijadikan sesembahan. Dan orang-orang Jahiliyah berSa’I diantara keduanya. Kemudian setelah datang Islam , kedua patung tersebut dimusnahkan, lalu Nabi berkata, “Demikianlah yang dilakukan orang-orang Jahiliyah demi berhala-berhala mereka.”
Setelah itu turunlah ayat (“Sesungguhnya Shafa dan marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah”)
Dalam bahasa Arab, Shafa disebut sebagai mudzakkar (maskulin/kata ganti untuk laki2) karena berhala yang ada disana ialah berhala laki-laki.
Sedangkan Marwa, disebut sebagai mu’annats (feminine/kata ganti untuk perempuan) karena berhala yang ada disana merupakan berhala perempuan.
sumber : Sejarah Mekah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printers
0 komentar:
Posting Komentar