Kebun Renungan

Kebun Renungan
Pola hidup dan pola pikir kita sekarang, akan sangat menentukan keadaan kita di masa datang. Harta, keangkuhan, keegoisan dan kesombongan, bila tak pandai mengelolanya hanya akan semakin merendahkan diri kita sendiri , Mari kita memanfaatkan waktu seefisien mungkin untuk kebaikan, jangan sampai kita menyadarinya di batas kemampuan. Sebuah renungan dari seorang sahaba. (Baca)

Sejarah Mekah

Sejarah Mekah
Ka'bah, Masjidil Haram, Mekkah Al-Mukarromah

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Ngobrol sama Ustadz Kampung
SHALAT KHUSYU, adalah suatu keadan yang setiap kita mendambakannya. Bisakah kita shalat khusyu? Ataukah hanya milik para Nabi atau 'alim ulama saja? Bagaimana caranya? Mungkin catatan ini bisa dijadikan bahan renungan. (Baca)

Buku Tamu

Belajar Menikmati Hidup

Terkadang kita dihadapkan pada perasaan, kesel, jengkel, rasa ga suka, benci, dendam dan segaala yang membuat hati dan pikiran jadi capek, kita ingin lepas dari perasaan itu, tapi sulit rasanya. Bagaimana kita bisa menikmati hidup jika perasaan itu masih ada ? ...Read more...

Sahabat Setia

Selamat datang di Rumah Sahaja, terimakasih atas kunjungan silaturahimnya

Benarkah Berpuasa Lebih Sehat? bag.2

Kamis, 27 Agustus 2009

Ada ayat di dalam Al-Quran yang memberikan gambaran sangat menarik tentang bahayanya pola makan yang buruk.
Qs. Thahaa : 81








“Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.


Kalau kita cermati, ayat diatas, Allah memberikan pemahaman tentang pola makan yang baik.
Yang pertama : Allah mengatakan, ‘makanlah diantara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu’.
Disini terkandung dua maksud, yaitu bahwa segala rezeki yang kita butuhkan itu sebenarnya sudah ada di sekitar kita. Karena semua itu memang sudah disediakan dan diberikan oleh Allah buat manusia. Kita tinggal memilih saja, tentu saja dengan berusaha.

Kemudian, dari semua yang sudah tersedia di muka bumi ini, pilihlah yang baik-baik saja. Jangan memilih rezeki atau makanan yang tidak baik. Dalam hal makanan , sebenarnya Allah menyediakan criteria ‘baik dan halal’ untuk kita. Hal ini Allah sampaikan di ayat berikut :

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Qs. Al-Baqarah 2 : 168

Firman ini ditujukan kepada seluruh umat manusia. Bukan hanya umat islam. Artinya, isi ayat ini berlaku umum sesuai karakteristik kesehatan manusia pada umumnya.

Allah mengatakan kepada kita semua agar memakan makanan yang halalan thayyiban alias halal dan baik. Dua kata terakhir ini memiliki arti yang berbeda. Kata ‘halal’, bermakna sesuatu yang diperbolehkan untuk kita makan lewat petunjuk yang jelas, artinya, makanan tersebut tidak haram ataupun dilarang. Kalau suatu makanan dikatakan halal, maka itu sudah sangat jelas bahwa makanan tersebut boleh dimakan. Hukumnya jelas.

Sedangkan makanan yang ‘baik’ adalah makanan yang cocok untuk kondisi tertentu, kata baik memiliki arti yang lebih lentur. ‘Baik’ bagi saya belum tentu baik bagi anda, ‘Baik’ untuk orang dewasa belum tentu ‘baik bagi anakbalita. Baik bagi laki-laki belum tentu ‘baik’ bagi wanita hamil. Dan seterusnya. Kata Thayyiba atau baik, mengandung makna agar kita memahami peruntukan GIZI nya bagi siapa yang memakannya.

Maka dalam kata Thayyiba itu terkandung ‘perintah untuk belajar ilmu gizi', agar kita bisa menerapkan kebaikan siapa saja sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata Thayyiba tersebut Allah menginginkan agar kita menjadi memiliki kefahaman tentang mekanisme pencernaan, metabolisme dan berbagai fungsi-fungsi organ yang terkait dengannya. Selain itu, kefahaman dalam hal kandungan gizi makanan.

Sementara itu, makanan yang terlarang sudah dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. Yaitu, darah, bangkai, daging babi, binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, dan binatang yang terbunuh tanpa mengalirkan darah. Hal itu dikemukakanNya dalam Qs. Al-Baqarah 2 : 173 dan Qs. Al-Naidah 5 : 3.

Kembali kepada Qs Thaha : 81, selain mengajarkan memakan yang ‘baik’, Allah juga mengajarkan agar tidak ‘melampaui batas’ itu lebih mengarah kepada jumlah makanan yang kita konsumsi setiap harinya. Jangan sampai porsi makan kita melampaui kebutuhan. Dalam arti, setiap kali makan, ataupun akumulasi makan dalam kurun waktu tertentu..
Sedangkan, kata ‘baik’ lebih mengarah kepada jenis dan komposisi menu, bahwa, kita mesti mencocokkan antara kebutuhan badan kita dengan zat-zat gizi yang harus kita konsumsi setiap harinya.

Yang menarik, dalam Qs. Thahaa : 81 tersebut Allah mengatakan bahwa makan yang melampaui batas, bisa menyebabkan ‘kemarahan’ Allah menimpa kepadanya. Kenapa bisa demikian ? dan bagaimanakah wujud kemarahan Allah itu ?

Orang yang makan berlebihan bakal menyebabkan problem dalam proses pencernaan. Proses pencernaan yang kurang baik bakal menimbulkan problem pada proses penyerapan dan metabolismenya. Dan, selanjutnya metabolisme yang berjalan tidak sempurna bakal menghasilkan sampah-sampah yang bersifat racun bagi tubuh.

Jadi ‘Kemarahan’ yang dimaksudkan oleh Allah dalam ayat tersebut secara rill berwujud penyakit yang muncul akibat pola makan yang jelek.
Dari data medis, kita memperoleh informasi, begitu banyak penyakit modern yang berasal dari pola makan yang jelek itu, termasuk makan yang berlebih-lebihan. Mulai dari asam urat, kolesterol, diabetes, aterosklerosis, stroke, gangguan fungsi jantung, liver, kanker, dan berbagai dampak dari obesitas alias kegemukan.

Di Amerika Serikat saja sekitar 60 % penduduknya mengalami gejala-gejala sakit akibat obesitas. Dan tak kurang dari 300 ribu orang setiap tahunnya meninggal akibat penyakit-penyakit yang berkait dengan kelebihan makanan. Demikian pula diseluruh dunia, diperkirakan 29% angka kematian disebabkan oleh penyakit jantung yang terkait dengan problem obesitas. Angkanya hampir 15 juta orang per tahun. Itulah barangkali yang dimaksud dengan ‘kemarahan’ Allah.

Sebab informasi tentang kemarahan Allah itu, lantas dilanjutkan dengan kalimat “barang siapa ditimpa kemarahan Allah, maka dia bakal binasa”. Dan begitulah kenyataannya, banyak orang yang binasa alias meninggal disebabkan penyakit-penyakit yang terkait dengan pola makan yang buruk.

Demikianlah logika-logika yang bisa kita ambil untuk menjelaskan bahwa ‘tidak berpuasa’ ternyata memiliki potensi terjadinya berbagai macam penyakit. Apalagi, jika saat ‘tidak berpuasa’ itu pola makannya tidak baik.

Sumber : Scientific Fasting, Agus Mustofa, penerbit PADMApress

6 komentar:

  1. salam sobat
    iya lebih baik puasa nich,,,karena bisa merasakan penderitaan orang misikin yang kadang makan kadang ngga makan itu.
    puasa juga membuat pencernaan kita terkontrol.
    jadi lebih baik kan puasa tuh..

    BalasHapus
  2. Menurutku sich baeknya puasa aja, toh menurut para ahli pun demikian....cuman ada 1 masalah nih... aku ga kuat nahan lapar....

    BalasHapus
  3. alhamdulillah..
    betapa besar kuasa Allah yang mengatur semuanya begitu sempurna..

    BalasHapus
  4. @Nura: betul bu setuju
    @Ancis: Ga kuat nahan lapar bisa dilatih, pelan2 aja..., asal ada niatan yg kuat , he he he begitu katanya ustadz
    @Ajir:Hanya orang yang berfikir yang bisa melihat kesempurnaanNya
    Nuhun komentarna...

    BalasHapus
  5. memang saya juga sering merasakan jadi lebih sehat ketika berpuasa..pernah baca di majalah sih kalo puasa merupakan proses detoksifikasi..(gak tau artinya saya)

    BalasHapus
  6. @Blog templet 20: Katanya : Detoksifikasi itu proses pengeluaran (toksin) racun didalam tubuh kita, Kata Ustadz, kalo dilihat dari segi kesehatan, puasa juga sebuah proses pengeluaran racun.
    Wallahu 'alam ...

    BalasHapus


TEH PANAS ternyata dapat memicu 'Kanker Kerongkongan'. Apakah anda salah satu penikmat teh panas? Catatan ini perlu untuk di simak. (Baca)

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Cerita Keluarga Sahaja

Entri Populer