Betapa tak 'kan sedih aku,
bagai malam, tanpa hari-Nya serta keindahan wajah hati terang-Nya ?
Rasa pahit-Nya terasa manis bagi jiwaku,
semoga hatiku menjadi korban bagi Kekasih yang membuat pilu hatiku
Aku sedih dan tersiksa
karena Cinta demi kebahagiaan Rajaku yang tiada bandingnya
Titik air mata demi Dia adalah Mutiara,
Meski orang menyangka sekedar air mata
Kukeluhkan jiwa dari jiwaku,
namun sebenarnya aku tidak mengeluh, aku cuma berkisah ?
Hatiku bilang tersiksa oleh-Nya,
dan kutertawakan seluruh dalihnya
Perlakukanlah aku dengan benar, O .. Yang Maha Benar,
O...Engkaulah Mimbar agung, dan akulah ambang pintu-Mu !
Di manakah sebenarnya ambang pintu dan mimbar itu ?
dimanakah sang Kekasih ? Dimanakah "kita " dan "aku" ?
O..Engkau, jiwa yang bebas dari "kita" dan "aku",
O...Engkaulah hakekat ruh lelaki dan wanita
Ketika lelaki dan wanita menjadi satu, Engkaulah yang satu itu,
ketika bagian-bagian musnah, lihatlah, engkaulah kesatuan itu.
dari : Buku 'Jalaluddin Rumi, Ajaran dan Pengalaman Sufi, Reynold A Nicholson, Penerbit Pustaka Firdaus
Kemarin kemabukan menghantarkanku ke pintu cinta,
BalasHapustapi hari ini tak bisa kutemukan,
pintu maupun rumahnya...
Tahun lalu aku punya dua sayap;
ketakutan dan harapan.
hari ini,aku tak tahu tentang sayap
tak tahu bagaimana terbang
tak tahu takutku yang hilang.
Salah satu penggalan syair karya Rumi :)
Selalu takjub pada barisan para pujangga dimasa lalu, juga terpana pada catatan hati karya kang ence :)
@neng Irma Senja
Hapusaaahhhh Betul sekali neng
Karya-karya mereka sangat luar biasa menyimpan energi.
Akang juga terpesona sama pada kutpan hati Neng
salam selalu dalam Cinta