Kebun Renungan

Kebun Renungan
Pola hidup dan pola pikir kita sekarang, akan sangat menentukan keadaan kita di masa datang. Harta, keangkuhan, keegoisan dan kesombongan, bila tak pandai mengelolanya hanya akan semakin merendahkan diri kita sendiri , Mari kita memanfaatkan waktu seefisien mungkin untuk kebaikan, jangan sampai kita menyadarinya di batas kemampuan. Sebuah renungan dari seorang sahaba. (Baca)

Sejarah Mekah

Sejarah Mekah
Ka'bah, Masjidil Haram, Mekkah Al-Mukarromah

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Ngobrol sama Ustadz Kampung
SHALAT KHUSYU, adalah suatu keadan yang setiap kita mendambakannya. Bisakah kita shalat khusyu? Ataukah hanya milik para Nabi atau 'alim ulama saja? Bagaimana caranya? Mungkin catatan ini bisa dijadikan bahan renungan. (Baca)

Buku Tamu

Belajar Menikmati Hidup

Terkadang kita dihadapkan pada perasaan, kesel, jengkel, rasa ga suka, benci, dendam dan segaala yang membuat hati dan pikiran jadi capek, kita ingin lepas dari perasaan itu, tapi sulit rasanya. Bagaimana kita bisa menikmati hidup jika perasaan itu masih ada ? ...Read more...

Sahabat Setia

Selamat datang di Rumah Sahaja, terimakasih atas kunjungan silaturahimnya

Agar mendapat Pertolongan Allah

Rabu, 24 Maret 2010

Oleh : KH.Abdullah Gymnastiar

Ketika harga diri dijadikan salah satu kunci utama hidup seorang muslim di tengah-tengah pergaulan manusia yang lalai dan diperkuda hawa nafsu, semoga saja Allah menakdirkan kita menjadi bukti kemuliaan Islam. Siapapun yang dianugerahi karunia ini, niscaya tidak akan merasakan kecemasan menghadapi kehidupan dunia.



Betapa tidak ! Pertolongan-Nya yang sangat mengesankan akan senantiasa tercurah kepada kita, diminta ataupun tidak. Misalnya saat kita ingin membangun masjid atau lembaga dakwah. Sekiranya kita tidak yakin bahwa Allah akan menolong kita yang ingin mendirikan rumah-Nya dan menolong menegakkan agama-Nya, niscaya akan dengan mudah, bahkan mungkin penuh kesadaran menukar harga diri dengan kepingan-kepingan uang logam, yang mungkin nilainya lebih kecil daripada yang diberikan kepada pengemis atau penjaga WC umum.

Kita akan rela mencampakkan rasa malu kita dan rela tubuh ini terpanggang terik sinar matahari untuk berjalan berkilo-kilo meter dari pintu ke pintu, berdiri di pinggir jaan raya sambil mengacung-acungkan kotak kencleng, atau mengetuk-ngetuk kaca pintu mobil di perempatan jalan.
Padahal bukanlah tangan di atas itu jauh lebih baik dari pada tangan yang menengadah di bawah ?

Sesungguhnya, keadaan semacam itu sangat dimaklumi. Umat Islam saat ini baru terjaga dari tidur lelapnya. Saat terjaga, ternyata orang lain sudah banyak berbuat, melangkah begitu jauh dan sudah berbekal sejumlah potensi untuk bersaing. Akibatnya, bisa kita lihat kedalam diri kita sendiri, kita masih memiliki banyak kelemahan, baik dalam hal potensi sumber daya manusia, dana, kesempatan, maupun strategi untuk bersaing.

Mengingat hal itu, apakah lantas kita hanya akan mengandalkan kemampuan diri yang notabene pas-pasan, apa yang bisa kita dapat ? Kalaupun kita memilih berjuang sekuat-kuatnya untuk menjaga kemuliaan diri, tak ingin meminta-minta sumbangan. Sementara jalan wirausaha pun belum membuahkan hasil yang berarti, lalu siapa yang harus kita andalkan ?

Hendaknya kita mulai mencita-citakan menjadi orang yang selalu rindu pertolongan Allah.. Biarlah Dia yang mengatur segalanya bagi kita.
Biarlah kita menjadi bagian dari rencana dan strategi-Nya. Karena dengan begitu, kita akan menjadi orang yang bisa meraih sukses dalam bidang apapun yang dapat mendatangkan kemaslahatan, sekaligus derajat kemuliaan kita, pun tetap terpelihara dan bahkan terentaskan.
Mau berdakwah, melanjutkan sekolah, menempuh ujian, mencari pekerjaan, berwirausaha atau melakukan apapun, kalau hanya mengandalkan otak dan kemampuan belaka, sungguh amat terbatas.

Kita tidak bisa melacak apa yang akan terjadi besok atau lusa. Kita tidak tahu penipu mana yang akan mengganjal dan menghadang kita. Akan tetapi, kalau Allah berkehendak menolong kita, maka Dia Maha Tahu segala-galanya. Sekali-kali tidak akan terhalang karunia dan pertolongan-Nya walaupun bergabung seluruh jin dan manusia untuk menghalanginya.

Jadi kalau ada yang harus kita lakukan sekarang adalah mencari pertolongan Allah, dengan cara berjuang sekuat-kuatnya agar kita menjadi orang yang layak di tolong olehNya.
Akan tetapi, bukankah untuk sampai kea rah itu amat berat ?
Nah, disinilah justru letak kesalahannya : menganggap berat perjuangan yang justru belum kita mulai.

Padahal, Allah sama sekali tidak mempersulit kita. Kita saja yang suka menghalangi datangnya pertolongan Allah itu.
Karenanya, agar kita menjadi orang yang tidak menghalangi pertolongan-Nya, rahasianya adalah memulai dengan membersihkan dan meluruskan niat.

Untuk apa kita melakukan suatu usaha ? Untuk kepentingan sendiri, bolehkah ? Untuk ma’isyah rumah tangga, bolehkah ? kedua-duanya boleh saja. Hanya saja, kalau demi motivasi semacam itu, siapa pun dapat melakukannya, bahkan termasuk orang yang tidak beriman sekalipun.
Padahal kita harus mendapatkan nilai lebih dari sekadar untuk mencukupi diri atau keluarga.

Ketika ingi berwirausaha, niatkanlah karena ingin memiliki harga diri, agar tidak menjadi beban orang lain. Yang ke dua, mudah mudahan usaha kita menjadi dakwah. Yang ketiga, mudah-mudahan banyak teman kita yang bergabung, sehingga mereka mendapatkan rezeki yang jelas kehalalannya. Dan yang keempat, mudah-mudahan jerih payah kita membuahkan rezeki yang berlimpah ruah,sehimgga bisa menolong orang yang memang membutuhkan pertolongan. Hendaknya, seperti inilah niat kita.

Tidak lagi hanya untuk kepentingan diri dan keluarga, tetapi menjadi melebar untuk kepentingan umat. Inilah awal yang baik. Kalau niat dan motivasi kita hanya sekedar untuk memperkaya diri, jangan-jangan malah kita tidak pernah menjadi kaya.
Lain lagi kalau diniatkan untuk memperkaya umat dan menolong agama Allah, maka Allahlah yang akan menjamin kekayaan kita.

Bukankah Dia tegas-tegas berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS. Muhammad 47 : 7)

“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah melaksanakannya tiap-tiap sesuatun’ (QS Atha-thalaq 65 : 2-3)
………..

sumber : Dewan Mubaligh Indonesia EDISI 362/Th.2009

2 komentar:

  1. saya ingin bertanya sama ustaz,ketika mau solat atau ketika saya mengingati yang maha kuasa hati sya sering berkata mengutuk Allah dengan kata2 yang ngak elok..tp itu tidak saya mahukan...saya menjadi ngak tenang..saya bimbang saya dilaknat...tp itu bkn kemahuannya saya ustaz...saya melawannya dengan memberbanyakkan amalan solat sunat dan sebagainya...namun masih jua..saya alaminya ini semenjak saya mulai bersolat 5 waktu kira2 uadh bertaun lamanya...adakah ia kata2 dari saitan yg menggangu ataupun memangnya diri saya yg kotor dengan dosa2..mohon ulasan dari ustaz

    BalasHapus
  2. @Anonim :
    Assalamualaikum.......
    Memang Syaitan selalu menggoda kita dgn berbagai cara.
    Semakin kita berusaha mendekatkan diri pada Allah, akan semakin kuat godaan dan ujian yang akan kita hadapi, tapi itu untuk meningkatkan derajat kita di hadapan Allah.
    Terus saja berusaha dengan memperbanyak dzikir dan amalan2 lainnya, sambil berdo'a dan mohon petunjuk dan diberikan kekuatan jiwa dalam menghadapi ujian dan cobaan yg dihadapi dan tetap dalam keimanan terhadap Allah...
    Segala Sesuatu yang terjadi pada diri kita adalah buah dari apa yang telah kita kerjakan di masa lalu, maka memperbanyak memohon ampun dari kekhilapan dan dosa yang tanpa kita sadari atau tanpa kita ketahui. dan diikuti dengan perbuatan baik.
    Insya ALlah, semoga Allah memberikan kekuatan, keteguhan dan tetap dalam keimanan yang kuat. amiinnn

    Salam Silaturahim
    terimakasih atas kunjungannya
    salam u/ kel semua

    BalasHapus


TEH PANAS ternyata dapat memicu 'Kanker Kerongkongan'. Apakah anda salah satu penikmat teh panas? Catatan ini perlu untuk di simak. (Baca)

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Cerita Keluarga Sahaja

Entri Populer