Kebun Renungan

Kebun Renungan
Pola hidup dan pola pikir kita sekarang, akan sangat menentukan keadaan kita di masa datang. Harta, keangkuhan, keegoisan dan kesombongan, bila tak pandai mengelolanya hanya akan semakin merendahkan diri kita sendiri , Mari kita memanfaatkan waktu seefisien mungkin untuk kebaikan, jangan sampai kita menyadarinya di batas kemampuan. Sebuah renungan dari seorang sahaba. (Baca)

Sejarah Mekah

Sejarah Mekah
Ka'bah, Masjidil Haram, Mekkah Al-Mukarromah

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Ngobrol sama Ustadz Kampung
SHALAT KHUSYU, adalah suatu keadan yang setiap kita mendambakannya. Bisakah kita shalat khusyu? Ataukah hanya milik para Nabi atau 'alim ulama saja? Bagaimana caranya? Mungkin catatan ini bisa dijadikan bahan renungan. (Baca)

Buku Tamu

Belajar Menikmati Hidup

Terkadang kita dihadapkan pada perasaan, kesel, jengkel, rasa ga suka, benci, dendam dan segaala yang membuat hati dan pikiran jadi capek, kita ingin lepas dari perasaan itu, tapi sulit rasanya. Bagaimana kita bisa menikmati hidup jika perasaan itu masih ada ? ...Read more...

Sahabat Setia

Selamat datang di Rumah Sahaja, terimakasih atas kunjungan silaturahimnya

Pengakuan

Rabu, 18 November 2009

(Sebuah prolog)

Mungkin aku terlalu egois mengumbar rasa, memaksakan satu kehendak hati tanpa menoleh hati
Keinginanku terlalu menggebu . . . namun rapuh, tidak menjaga kalau itu tidak kamu suka
Sungguh pengakuan yang paling murah
Tak ada pengaruh lagi untuk sebuah pernyataan yang berarti, yang bisa tumbuhkan rasa percaya dan ketentramanmu
Terlalu kuanggap wajar semua ini terjadi, sebagai pengembalian rasa sakit dan ketakpastian, yang mungkin dapat merubah sikap dan perhatianmu
Tapi ternyata . . .
Hanya menambah pemikiran dan pandanganmu semakin rendah,
Kusadari . . .
Luapan perasaanku sepihak

Mungkin batas ruang pikiranku terlalu sempit menerima kenyataan selama ini, tak bisa membaca kalau yang kulakukan selama ini ternyata cukup membuatmu kecewa, bahkan mungkin terlalu sakit
Itulah kebodohanku dan kekurangannya sebagai manusia biasa,
Punya salah dan mudah berubah
Terlalu jauh untuk sempurna tanpa hilaf dan salah

Sekarang . . . .
Terlanjur kamu membenci
Puaskanlah itu sepuas-puasnya, atau ….., tak akan pernah puas, tanpa batas …….
Tetaplah dalam kebencianmu
Sampai menemukan arti kebencian itu dan yakin kalau memang itu harus dibenci
Apapun pernyataanmu . . . . kuterima
Suatu kepasrahan dari yang merasa berdosa

Namun . . . .
Aku masih punya hati dan keinginan, punya cita dan harapan,
punya pribadi dan harga diri
Semoga bisa kembali dan dapat kulakukan yang terbaik
Tak ada apa-apa dibawah hati ini, selain merubah segalanya dan tak terulang lagi
Aku belum tahu . . .
Bagaimana mengungkap ucapan hati ini tentang ketulusan dan harapan, mengembalikan kepercayaan dan keteguhan
Mungkin . . . . . , terlalu berat dan sulit buat kamu
Ada satu harap “ semoga waktu memberimu tahu “
Aku tetap
Suka
Sayang
&
cinta
. . . . . . . . . . . . . . . . .


dari : Catatan yang tak tersampaikan
EAR*1991

2 komentar:

  1. Ujian cinta memang selalu berat,tapi bila ada keikhlasan dan ketulusan dalam cinta , berat itu terasa ringan..

    BalasHapus
  2. betul sekali Teh
    biasa ujian kan senengnya nyelip-nyelip
    haturnuhun tos ngersakeun linggih
    salam

    BalasHapus


TEH PANAS ternyata dapat memicu 'Kanker Kerongkongan'. Apakah anda salah satu penikmat teh panas? Catatan ini perlu untuk di simak. (Baca)

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Cerita Keluarga Sahaja

Entri Populer