Kebun Renungan

Kebun Renungan
Pola hidup dan pola pikir kita sekarang, akan sangat menentukan keadaan kita di masa datang. Harta, keangkuhan, keegoisan dan kesombongan, bila tak pandai mengelolanya hanya akan semakin merendahkan diri kita sendiri , Mari kita memanfaatkan waktu seefisien mungkin untuk kebaikan, jangan sampai kita menyadarinya di batas kemampuan. Sebuah renungan dari seorang sahaba. (Baca)

Sejarah Mekah

Sejarah Mekah
Ka'bah, Masjidil Haram, Mekkah Al-Mukarromah

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Ngobrol sama Ustadz Kampung
SHALAT KHUSYU, adalah suatu keadan yang setiap kita mendambakannya. Bisakah kita shalat khusyu? Ataukah hanya milik para Nabi atau 'alim ulama saja? Bagaimana caranya? Mungkin catatan ini bisa dijadikan bahan renungan. (Baca)

Buku Tamu

Belajar Menikmati Hidup

Terkadang kita dihadapkan pada perasaan, kesel, jengkel, rasa ga suka, benci, dendam dan segaala yang membuat hati dan pikiran jadi capek, kita ingin lepas dari perasaan itu, tapi sulit rasanya. Bagaimana kita bisa menikmati hidup jika perasaan itu masih ada ? ...Read more...

Sahabat Setia

Selamat datang di Rumah Sahaja, terimakasih atas kunjungan silaturahimnya

Larangan Mengusap-usap Makam Nabi Saw dan Menciumnya (Sejarah Masjid Nabawi)

Minggu, 06 September 2009


Dilarang mengusap-usap jendela makam (kamar) dan menciumnya, atau menempelkan dada dan perut, sebab syari’at islam sama sekali tidak menuntunkan demikian. Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan “Ikutilah jalan-jalan hidayah dan jangan tertipu dengan sedikitnya pengikut, jauhilah jalan kesesatan dan jangan tertipu dengan banyaknya pengikut, barang siapa merasakan dalam dirinya bahwa mengusap-usap dengan tangan atau lainnya lebih berkah, maka tentu itu disebabkan kebodohan dan kelalaiannya, karena yang berkah adalah yang sesuai dengan syari’at dan pendapat para ulama, bagaimana mungkin seseorang menginginkan keutamaan dengan cara menyalahi kebenaran” (majmu’ li an-Nawawi. 8/275, al-idhah ;I an-nawawi, h.453) (ket gambar : Makam Nabi Saw)

Imam Ahmad berkata “Aku lihat ahlu al-Ilmi di madinah tidak mengusap-usap kuburan dan begitulah yang dilakukan Umar ra.

Sementara menurut Imam al-Ghazali “Adapun ziarah kepada Rasulallah Saw, maka harusnya (cukup) berdiri di hadapan makamnya, menziarahi beliau sesudah meninggal, sama seperti menziarahi ketika beliau hidup, maka janganlah mendekati makamnya melainkan seperti mendekati beliau dalam keadaan hidup, dan sebagaimana engkau lihat, adalah sebuah sikap hormat untuk tidak menyentuh dan menciumnya, hanya untuk berdiri agak jauh di hadapannya, maka begitulah yang semestinya engkau lakukan, sebab menyentuh dan mencium pemakaman itu adalah kebiasaan Nasrani dan Yahudi. (Ihya ‘Ulum al-Din al-Ghazali, 3/103)


Sumber : Sejarah Mekah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer

2 komentar:

  1. Assalamualaikum..

    punteu atuh kang abdi nembe nepangan deui,biasa inet sok susah diajak kompromi..hehe.

    * Betul apa yg ditulis diatas,jangan sampai hanya karna sebuah makam yg kita datangi kita menjadi syirik ( menduakan Allah ).Dosa yg tak terampuni..

    haturnuhun kang pencerahanna..

    BalasHapus
  2. @ateh: haturnuhun tos disumpingan.
    iya teh semoga kita yang terhindar dari hal2 seperti diatas, amiin

    BalasHapus


TEH PANAS ternyata dapat memicu 'Kanker Kerongkongan'. Apakah anda salah satu penikmat teh panas? Catatan ini perlu untuk di simak. (Baca)

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Cerita Keluarga Sahaja

Entri Populer