Kebun Renungan

Kebun Renungan
Pola hidup dan pola pikir kita sekarang, akan sangat menentukan keadaan kita di masa datang. Harta, keangkuhan, keegoisan dan kesombongan, bila tak pandai mengelolanya hanya akan semakin merendahkan diri kita sendiri , Mari kita memanfaatkan waktu seefisien mungkin untuk kebaikan, jangan sampai kita menyadarinya di batas kemampuan. Sebuah renungan dari seorang sahaba. (Baca)

Sejarah Mekah

Sejarah Mekah
Ka'bah, Masjidil Haram, Mekkah Al-Mukarromah

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Ngobrol sama Ustadz Kampung
SHALAT KHUSYU, adalah suatu keadan yang setiap kita mendambakannya. Bisakah kita shalat khusyu? Ataukah hanya milik para Nabi atau 'alim ulama saja? Bagaimana caranya? Mungkin catatan ini bisa dijadikan bahan renungan. (Baca)

Buku Tamu

Belajar Menikmati Hidup

Terkadang kita dihadapkan pada perasaan, kesel, jengkel, rasa ga suka, benci, dendam dan segaala yang membuat hati dan pikiran jadi capek, kita ingin lepas dari perasaan itu, tapi sulit rasanya. Bagaimana kita bisa menikmati hidup jika perasaan itu masih ada ? ...Read more...

Sahabat Setia

Selamat datang di Rumah Sahaja, terimakasih atas kunjungan silaturahimnya

Larangan Tergesa-gesa dan Bersuara Keras (Sejarah Masjid Nabawi)

Selasa, 25 Agustus 2009


Biasanya pintu-pintu Masjid dibuka di pagi hari bersamaan dengan dikumandangkannya adzan pertama, para jamaah berkumpul di depan pintu, ketika pintu di buka merekapun langsung berebut shaf pertama dan raudhah dengan berlarian, kebiasaan seperti ini menunjukkan kurangnya perhatian dalam menjaga adab di dalam Masjid, terkadang malah terjadi saling mencela, atau bahkan mengakibatkan pertikaian, menumbuhkan kebencian, perselisihan dan bentuk kelakuan lainnya yang tidak pantas, hal ini tentunya adalah cara pendekatan diri (taqarrub) yang keliru, yang semestinya tidak terjadi.


Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw, “Jika kalian mendengarkan iqamah, maka segeralah shalat (menuju masjid) namun berjalanlah dengan tenang dan sungguh-sungguh, shalatlah dengan rakaat yang kalian dapatkan dan apabila kurang, maka sempurnakanlah (kekurangan itu)." Shahih Bukhari Muslim

Jika perbuatan tergesa-gesa di luar Masjid saja dilarang, maka di dalam Masjid lebih terlarang. Orang yang pergi untuk shalat, ketika masih diluar mMasjid diminta berjalan dengan tenang, lebih-lebih lagi jika sudah berada didalam Masjid, baik ketika pintu Masjid baru saja dibuka atau diwaktu-waktu biasa, ketika pintu Masjid memang sudah terbuka.

Dilarang juga bersuara keras di dalam Masjid atau di makam Nabi Saw., meskipun suara keras itu berupa salam dan solawat, tilawatul Qur’an, atau dzikir. Dan tidak diperkenankan memanggil nabi Saw dengan namanya langsung tatkala membaca solawat dan salam.

Allah berfirman :

artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.
Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.
(Qs. Al-Hujarat 49 : 2-4)

Dalam ayat tersebut Allah mengajarkan adab yang mulia kepada kaum mukminin, yaitu berupa larangan mengangkat suara keras di hadapan Rasulullah Saw, baik dalam mengucap salam atau solawat kepadanya, atau sedang membicarakan sesuatu yang lain. Ini adalah penghormatan dan pengagungan terhadap kedudukan beliau Saw, sebab mengangkat suara di hadapannya berarti tidak menjaga rasa hormat kepadanya.

Dalam surat An-Nur 24 : 63
artinya :
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.

Para ulama menjelaskan, Allah Swt menyerukan kepada kaum muslimin untuk tidak memanggil Nabi Saw seperti memanggil temannya sendiri, misalnya dengan mengatakan wahai Muhammad atau Ahmad, gunakanlah suara yang lirih, tenang dan beradab ketika memanggilnya, Yaa nabiyallah atau Yaa Rasulallah Saw.

Allahpun memberikan alasan di balik diisyaratkannya adab ini, (karena khawatir akan gugur amal-amal kamu), yakni dilarang bersuara keras dan mengangkat suara, sebab hal itu bisa menyebabkan hilangnya amal tanpa si pelaku sadar akan hal itu.

Maka Allah mengajarkan adab yang mulia dalam memanggil Nabi-Nya dan memberikan pujian-Nya kepada orang-orang yang telah mempraktekannya dengan bersuara lirih di hadapan Rasulallah Saw, penuh ketenangan dan kesopanan. Allah kemudian menganugerahkan kabar gembira kepada mereka ini, berupa maghfiroh (ampunan) dan pahala yang besar yaitu Surga.

Adapun firman Allah selanjutnya ( sesungguhnya orang-orang yang memanggilmu…), dalam ayat ini Allah mencela sikap dan prilaku sekelompok orang dan sekaligus mensifatunya kaum yang tidak berakal, karena kaum yang dimaksud tidak menggunakan adab yang semestinya tatkala memanggil Rasulallah Saw, mereka bersuara keras dari balik kamar.

Nash-nash yang dibawakan Al-Salaf Al-Saleh menilai bahwa adab ini harus dilakukan baik ketika Rasulallah Saw masih hidup ataupun sesudah meninggal. Abu Bakar Al-Siddiq ra berkata, “Tidak sepantasnya mengangkat suara dihadapan Nabi Saw, baik ketika masih hidup ataupun sesudah meninggal”.

Begitulah pendapat para ulama, bahwa mengangkat suara pada makam Nabi Saw sangat tidaklah disukai sebagaimana ketika beliau masih hidup, sebab kehormatan beliau Saw tetap harus dijaga baik dalam kehidupannya ataupun sesudah wafatnya.

Maka bagi para peziarah, hendaknya tidak mengangkat suaranya di dalam Masjid Nabawi atau di makam Nabi Saw, ketika mengucap solawat dan salam, atau ketika membaca Qur’an, dzikir atau bertasbih. Adab ini hendaknya dilakukan sebagai rasa tunduk terhadap perintah langit dan penghormatan terhadap penghuni kamar mulia (Rasulallah Saw).

Untuk itu, ketika mengucapkannya dia harus memulai dengan, “Assolatu wassalamu alaika ya Rasulallah way a Nabiyallah”, dan jangan mengucapkan “assolatu wassalamu ya Muhammad” atau ya Ahmad. Ayat berikut ini tertulis di atas jendela makam Nabi Saw untuk mengingatkan para peziarah, yaitu ayat :

artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
(Qs. Al-Hujarat 49 : 3)

Sumber : Sejarah Masjid Nabawi, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer

4 komentar:

  1. salam sobat
    nice info.
    sering yang tergesa-gesa,,
    harusnya didalam hati ya,,ngga usah keras suara berdoanya.

    BalasHapus
  2. @Nura : yah ... memang kadang keinginan mengalahkan adab dan aturan ....

    BalasHapus
  3. Met menjalankan ibadah puasa....
    salam kenal

    BalasHapus
  4. terimaksih infonya, penting banget nih

    BalasHapus


TEH PANAS ternyata dapat memicu 'Kanker Kerongkongan'. Apakah anda salah satu penikmat teh panas? Catatan ini perlu untuk di simak. (Baca)

Ngobrol sama Ustadz Kampung

Cerita Keluarga Sahaja

Entri Populer